Pelatihan Digital Entrepreneurship Academy (DEA) Di Kabupaten Mandailing Natal
Balai Besar Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian Komunikasi dan Informatika (BBPSDMP) Kominfo Medan bekerjasama dengan Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) melalui Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Madina melaksanakan pelatihan Digital Entrepreneurship Academy (DEA) bagi para pelaku UMKM, di Aula Hotel Madina Sejahtera, Panyabungan selama 2 hari dimulai tanggal 31 Agustus hingga 1 September 2021, yang diikuti 75 orang pelaku UMKM di wilayah Kabupaten Madina.
Kepala BBPSDMP Kominfo Medan Irbar Samekto dalam sambutannya menjelaskan,” Kedaulatan dan kemandirian digital bangsa Indonesia menjadi salah satu fokus arahan Presiden RI yang mengajak seluruh elemen bangsa memanfaatkan konektivitas digital agar dapat menghubungkan Indonesia dengan pola pikir, kesempatan bisnis global, dan masa depan baru. Penyiapan talenta digital yang cakap dalam menghadapi era disrupsi digital, menjadi salah satu penggerak utama pemanfaatan konektivitas digital yang produktif sebagai perwujudan agenda transformasi digital Indonesia.
Irbar Samekto menyakini “penyelenggaraan kegiatan pelatihan, dapat mendorong peningkatan kualitas pengembangan sumber daya manusia (SDM) khususnya dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi /digital untuk meraih tingkat daya saing bangsa Indonesia yang lebih baik. Secara spesifik, pelatihan DEA ini diharapkan menumbuhkan kompetensi di Bidang TIK/digital yang dapat mengoptimalkan kehadiran finansial inklusif TIK sehingga pemanfaatan TIK dapat memberikan hasil bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat”.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Madina Atika Azmi Utammi Nasution yang meyampaikan sambutan Bupati, bahwa persaingan global sudah sangat sengit dan tidak bisa dielakkan lagi. Hampir setiap negara bersaing menonjolkan keunggulan sumber daya masing-masing. Pemberdayaan sumber-sumber ekonomi dapat dilakukan apabila sumber daya manusia di negara tersebut memiliki kompetensi keterampilan, keahlian dan pengetahuan yang cukup untuk mengembangkan sumber tersebut. Namun dipastikan akan kalah besaing secara global, apabila minimnya pengetahuan sdm, minimnya keterampilan sdm, sempitnya lapangan pekerjaan serta kurangnya perhatian dari pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan.
Atika mengingatkan bahwa potensi teknologi informasi sangat terbuka lebar, saat ini orang akan lebih mudah menjual dibanding masa lalu, tanpa perlu memiliki toko atau lahan usaha sudah bisa memasarkan di market place atau media sosial, mempromosikan barang atau jasa tidak lagi sulit dan dapat dijangkau oleh semua orang sampai mancanegara. DEA bisa digalakkan dengan pendidikan dan pelatihan terutama bagi generasi milenial dengan harapan dapat mengurangi permasalahan pemerintah soal pengangguran dan masalah kemiskinan sekarang ini.
Sejalan dengan Atika, Irbar juga mengingatkan ”dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) pelaku usaha, perlu disiapkan dan ditingkatkan pengetahuan serta skill-nya untuk mendorong wirausaha yang dapat memadukan aktivitas usahanya baik secara offline ataupun juga berbasis digital (online). Kebijakan yang dilakukan tentunya harus diiringi dengan penguatan SDM, khususnya pembangunan kapasitas SDM sampai dengan lapisan masyarakat. Sehingga penguatan SDM menjadi poin yang perlu diperhatikan oleh semua pihak. Salah satunya dengan mendorong peningkatan kemampuan wirausaha digital melalui kegiatan ini. Dengan mendorong dan membekali pelaku usaha yang memiliki ide atau sudah menjalankan bisnis diharapkan memiliki keterampilan untuk dapat masuk, mengadopsi, bahkan mengoptimalkan bisnisnya berbasis digital untuk dapat bersaing di era digital”.
Kegiatan ini merupakan upaya percepatan transformasi digital sektor UMKM dengan meningkatan kapasitas SDM pelaku UMKM dalam memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi (TIK) untuk memperkenalkan dan memasarkan produknya, kepada calon konsumen yang potensial di wilayah yang lebih luas.
Teknis pelatihan kegiatan ini tetap menerapkan Prokes dengan melakukan Rapid Test kepada seluruh peserta dan dinyatakan semuanya negatif dan juga kepada peserta dibagikan masker serta hand sanitizer. Proses pembelajaran dibagi menjadi 3 kelas yang masing masing kelas berjumlah 25 peserta dan setiap kelas dibimbing oleh 2 orang instruktur.